Senin, 28 Februari 2011

Waspadai Gangguan Kesehatan Saat Perubahan Cuaca




A. Demam
Demam adalah salah satu gangguan kesehatan yang kerap diderita anak di masa perubahan cuaca. Demam adalah salah satu gejala yang menunjukkan tubuh tengah membangun pertahanan melawan infeksi.

B. Penyakit Saluran Pernafasan
Gejala awal penyakit saluran pernapasan bias berupa batuk, yang kadang disertai sesak napas. Bisa juga disertai pilek, bersin-bersin dan peningkatkan suhu tubuh.

C. Penyakit Saluran Cerna
Di peralihan musim kemarau ke musim hujan, kasus penyakit ini menjadi tinggi lantaran banyaknya debu dan kotoran yang berpotensi menjadi pembawa penyakit. Penyakit saluran cerna biasanya didahului keluhan mencret, mual, muntah, demam, dan sakit kepala. Tinja anak mungkin tampak berlendir dan bahkan berdarah.

Global Warming


Global Warming atau Pemanasan Global


Terjadinya pemanasan Global di bumi dimulai dari kenyataan bahwa energi panas yang dipancarkan berasal dari matahari yang masuk ke bumi menciptakan cuaca dan iklim serta panas pada permukaan bumi secara Global.

Sejak abad 19 yang lalu sampai dengan abad 20, F. Dan°temperatur permukaan bumi telah mengalami peningkatan 0.5 – 1.0  perkiraan peningkatan suhu permukaan bumi rata-rata menurut para ahli C dalam 50 tahun mendatang°F atau 0.6-2.5 °akan mencapai 1-4.5  tergantung pada wilayah di bumi.Pembuktiannya terlihat dalam perubahan kondisi nyata yang terjadi dengan mancairnya salju pada Northern Hampshire dan menurunnya es apung pada Samudra Arktik.


Kondisi yang menyerupai akibat yang ditimbulkan dalam rumah kaca terjadi pula dalam bumi ini, yaitu terperangkapnya energi dalam permukaan bumi oleh konsentrasi gas-gas dalam lapisan atmosfir. Pada kenyataannya, pemanasan Global merupakan peningkatan suhu bumi secara bertahap sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek rumah kaca dalam lapisan luar atmosfir.


Secara Global, permukaan laut telah mengalami kenaikan lebih dari 4-8 inchi pada abad lalu. Penguapan yang terjadi pada dunia telah meningkat sekitar 1% dan frekuensi terjadinya hujan pun telah meningkat.
Gas-gas ditimbulkan dari berbagai macam kegiatan manusia, seperti kegiatan dalam perindustrian dan pembakaran, akan terkonsentrasi dalam atmosfir dan akan menyebabkan terperangkapnya energi matahari yang masuk ke dalam bumi.


Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Pemanasan Global telah °meningkatkan suhu bumi sampai suhu rata-ratanya mencapai 60 Fahrenheit. Namun, pemanasan Global menjadi permasalahan dan yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?






  • Indonesia menghancurkan kira-kira 51 km persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jamnya. Ini benar-benar rekor dunia yang menyedihkan.
  • Data dikutip dari website greenpeace se-Asia menyebutkan angka tersebut diperoleh dari kalkulasi data laporan State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture Organization's (FAO)
  • Aplaus edisi 48/ 9-22 juni 2007 (Analisa)
  • Bayangkan di USA saja ada lebih dari 500 pabrik kertas dan secara global diperkirakan 10.000 pabrik kertas yang sedang beroperasi penuh di seluruh dunia!
  • Sebatang pohon (lebar 8 kaki, dalam 4 kaki, tinggi 4 kaki) dapat menghasilkan:
  • 1000 s/d 2000 pound kertas
  • 12 meja makan
  • 7,5 juta tusuk gigi
  • 942 buku skripsi 100 halaman
  • 61.370 amplop bisnis
  • 1.200 eksemplar buku National Geographic
  • 2.700 eksemplar surat kabar
  • Selain menghasilkan kertas, selama pemrosesan tersebut juga menghasilkan energi kalor yang secara tidak langsung menyebabkan pemanasan global dan berbagai zat beracun seperti dioxin yang mematikan bagi makhluk hidup.

Es Kutub Mencair sudah mencapai lebih dari 2 triliun ton


LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global."Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.
Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.
Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.
"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.